#SeabadDibagiPapat

    

Aku tak menyangka bisa menginjakkan kakiku kedua kalinya di Jakarta dengan jeda begitu cepat. Yah, setelah tahun lalu karena mengikuti event, kali ini karena sebuah pekerjaan yang berpusat di Jakarta. Lebih tepatnya di PangPol dekat Blok M. 

    Pekerjaan ini kuperoleh dil luar dugaan. Yah rejeki namanya. Berbekal niat dan basmallah, aku mencoba mendaftar untuk menjadi salah satu dari mereka. Awalnya memang udah ciut ni hati. Mengingat tak ada gelar sarjana dan hanya lulusan SMK.

    Saat menunggu kabar juga ku kira ditolak. Tapi siapa yang menyangka, aku diterima setelah info penerimaan terlambat karena mereka sedang ada event di Bandung. Aku ditempatkan di cabang Surabaya bersama salah satu Manager area. 

    Akhirnya, akhir tahun 2019 aku berangkat ke Jakarta bersama managerku dan kami mendadak kenalan di Bandara. Jujur itu pertama kalinya naik pesawat. Dan disana, aku bertemu orang-orang yang suka minum kopi. 

    So, Great Ideas Start with Great Coffee.

Jakarta, 7 Januari 2020

    

Sumber : Pixabay.com

Sumber : Pixabay.com

Sumber : Pixabay.com

Sumber : Pixabay.com

Hari ini adalah umurku ke dua puluh tahun, lebih tepatnya dua puluh empat tahun kurang dua bulan setengah. Aku hidup seperti orang normal lainnya, memiliki anggota tubuh lengkap, memiliki fisik lengkap tanpa cacat sedikitpun, mungkin hanya pandanganku yang kini sudah minus satu saja.

Sejujurnya banyak banget yang pingin ku tulis. Entah itu cerita absurt atau beberapa ide yang masih betah nyantol di pikiranku.

Aku sendiri lupa, kapan awalnya menyukai Kopi.

Tapi, aku takkan lupa sejak kapan aku mulai meminum kopi tak bergula alias original.

Yosss... Semenjak Hujan sang pembawa Berkah menetes di siang hari di antara kerumunan orang berjuang mencari rezeki.

Banyak hal yang kau temukan ketika kau menjadi Perantau. 
Bahkan hal kecil yang kadang menurutmu biasa tak penting bisa menjadi special dan berharga.

Di sini, kau di ajak belajar dari berbagai sudut pandang seperti sang mata angin. .

Kamu mencintainya nak
Dari tetes air mata mu yang mengalir
Raut wajah mu yang begitu khawatir
Gelisah, takut, sedih dengan sedikit senyum yang sepi

Tulus mu itu. . .

Kamu memang mencintainya
Dari dalam hati mu
Yang sesungguhnya cinta
Menerima nya
Selalu ada untuknya

Do'a dan harapanku ada untukmu
Kalia bersama
Dalam bahagia
Sebagia sepasang kekasih hati
Untuk selamanya

Pria itu. Tubuh tinggi dengan pawakan kurus berkulit sawo mentah. Rambut ikal pendek dengan potongan sederhana.
Wajah mu, tak cukup terus ku ingat. Tak terlalu aku inginkan. Tak mampu aku gambarkan. Imajinasi ku hilang tanpa ada sketsa wajah manis itu.
Kata - kata mu, menggoda telingaku untuk terlena oleh mu. Jatuh hati dengan pribadi bedamu. Kamu UNIK. Berbeda dari para pria yang aku kenal di hari lalu ku.
Kamu sapa aku dengan senyuman dingin mu. Wajah tanpa ekspresi mu. Menarik ku untuk mengenal mu.
Entah apa yang aku rasa.
Rindu? Ingin bertemu? Malu? Tersenyum? Cemburu!
Terus menghampiri ku.
Aku hanya bisa diam dan menghela nafas.
Aku Jatuh CINTA padanya?
Tapi aku bukan siapa-siapa!
Aku hanya hamba-Nya yang biasa. Yang tak sempurna dan jauh dari nya.
Kita berbeda. Aku tak yakin mampu bersamanya.

oh TUhan! Ini kah rasanya.
Cinta?

Menerimanya.
Tanpa harus peduli dengan kurangnya?

Salahkah aku menyingkirkan buruknya?
Memikirkan jiwa baiknya?

Sang peladang kata. . .
Aku mencintaimu.. .