Pergi. . .

Juni 12, 2016

[caption id="attachment_362" align="alignnone" width="640"]frog-897420_640 http://pixabay.com[/caption]

Lagi, kau temui aku dengan kondisi yang kacau, kau memaksaku untuk menemuimu di tempat yang sama. Tepian jalan sepi tanpa lampu. Hanya demi ingin mengatakan itu, "Aku sayang...". Hanya kata - kata konyol yang tak ku pernah aku perdulikan hingga hari ini.

" Aku sayang sama kamu. Tapi maaf, aku harus pergi jauh, aku harus menikah dengan dia, wanita itu. Tapi aku masih tetap nyaman denganmu. " bicaranya lirih seolah tak bersalah menghadap padaku.

" MAaf? Apa maksudmu? Jika mau menikah menikah saja. Kau tidak terikat denganku sejak awal. Kita teman. Tapi... janji itu, 2 kelingking di malam itu. Menikahiku tanpa pacaran. Apa artinya? Sedangkan katamu, katamu adalah sabda? Lantas, apa baik jika mengatakan hal konyol ini?" perlahan mataku meneteskan air mata.

kami duduk disebuah kursi panjang dengan penyinaran rembulan malam.

"Aku ingat. TApi aku tidak bisa. Aku harus menikah dengan dia." berusaha mebela diri dia.

"Aku kecewa denganmu. Kita memilih hubungan ini sebagai teman, tapi aku tak suka caramu seperti ini. Tanpa memberi tahu aku bahwa kau sudah tunangan sejak 6 bulan lalu dan memaksaku untuk bertahan. Jika tahu seperti itu, aku akan menjauhimu. KArena aku wanita, dia juga wanita, dan aku juga cemburu. Meskipun kenyataan dari awal kita memang tidak bersatu, tapi, 2 tahun itu bukan waktu lama untu berhubungan. senang sedih kita berbagi. TApi...sudahlah..pergilah...jangan kembali lagi... "lengasung aku berdiri dari bengku dan berusaha berlari.

" Aku akan tetap menghubungimu. " teriaknya tanpa salah.

You Might Also Like

0 comments