Jatuh Cinta Lagi !

Oktober 24, 2018

Beberapa hari lalu, tepatnya hari Minggu, aku bertemu dengan salah satu penulis muda yang menurutku terbaik. Lalu Abdul Fatah namanya. Kami bertemu secara sengaja, karena ada pembelajaran kepenulisan bertema "PUISI" yang di adakan oleh FLP Surabaya untuk para calom Pramuda.

Ini bukan pertama kalinya aku bertemu seorang penulis muda yang bisa dikatakan welcome dengan kami seorang bocah - bocah pemula dalam dunia tulis menulis. Beberapa bulan lalu, tepatnya Desember tahun lalu, aku bertemu juga dengan Bang Ical , tak lain penulis buku "Gerimis Di Atas Kertas" dengan nama pena A. S. Rosyid.

Hari itu juga pertama kalinya aku bertemu banyak anak muda hingga tua yang tergila - gila, anggap saja begitu, dunia literasi. Kami dipertemukan tanpa sengaja di sebuah Workshop yang diadakan oleh Qureta dan APP Sinar Mas dengan tema "Kertas dan Peradaban".

Bukan hanya berkelana sejenak ke Pabrik kertas Tjiwi Kimia untuk mengetahui proses pembuatan buku hingga packing, tapi kami juga di ajak berkelana dalam kata, dalam rangkaian kalimat membentuk sebuah paragraf - paragraf cantik bernama "Esay".

Berkesempatan bertemu dengan Okki Madasari, salah satu mantan jurnalis dan penulis novel terbaik yang ku tahu. Sayangnya, hari itu, otakku mendadak mandek, sehingga aku merasa bukan aku, jadi, kesempatan mbak Okki berkomentar, banyak sekali PR yang harus ku garap.

Bertemu juga dengan CEO Qureta, Pak Luthfi Assyaukanie. Memaparkan beberapa hal tentang literasi, dan disaat itu juga aku merasa kacau, not good, mengingat diriku tak begitu suka dengan membaca, walaupun aku cukup menyukai menulis. Dan jika menulis, sumberku ya apa yang aku pikirkan dari hasil ngevideo dari sekitar hingga drama maupun film tontonan.

Mas Arif. Dia salah satu peserta dalam workshop yang dateng dari provinsi sebelah, Jawa Tengah kalau tidak salah. Dia adalah seorang guru dan seorang penulis. Sering malang melintang di beberapa media online. Dia mengaku, bukan pecinta buku alias tidak suka membaca awalnya, jadi dia mulai jatuh cinta ke dunia baca sejak kuliah, umur mungkin sekitar 23 an. Bahkan dia memberiku saran untuk menyukai membaca, dan umurku yang saat itu belumlah telat untuk jatuh cinta dengan dunia baca.

Bertemu dengan peserta lain yang cukup liar dalam masalah pemikiran dan cukup paham dalam bacaan. Hal ini jelas membuatku cukup malu, udah gede masih enggak suka baca, padahal pingin banget menghasilkan karya dari nulis. Jelas ini tidak seimbang.

Jadi PR ku yang utama adalah MEMBACA. Aku haru jatuh cinta dengan membca, seperti yang dikatakan oleh bang Ical beberapa hari lalu by DM IG. "Jadilah manusia yang merdeka, buka bebas, dan kuncinya ya di baca. Bahkan Allah perintahkan kita untuk membaca dengan menyebut nama-NYA. Iqra', ayat pertama yang turun kepada sang Nabi".

Aku masih ingat, aku pernah pinjam salah satu buku di perpustakaan sekolah waktu SMP, judulnya "Habis Gelap Terbitlah Terang", kalau tidak salah itu. Dan ternyata, aku mengabaikannya, aku meninggalkannya pada rak yang sama dikemudian hari. Tragis, ternyata diriku tragis.

Memang benar, aku pernah mengikuti lomba baca puisi waktu ada acara di sekolah pas SMP kelas tuju, bahkan aku juga sempat sakit dan masuk semi final kalau tidak salah, namun aku tidak pernah berpikir bahwa aku harus mencari sumber puisi lain untuk membuatku jatuh cinta dengan sastra. Meskipun aku pernah baca sepenggal puisi milik Chairil Anwar dan itu membuatku tertarik dengan puisi.

Pertanyaan siapa yang pernah mengikuti lomba baca puisi dari mas Lalu hari itu benar - benar membuatku flashback, mengingat dengan keras kenanganku dengan rangkaian kata dalam bentuk bahasa, entah cerita pendek hingga puisi yang menjadi materinya.

Meskipun aku juga pernah jatuh cinta dengan novel Tere Liye berjudul "Negeri Para Bedebah" dan membuatku ingin meniru cara penulisannya, ternyata cinta itu punah begitu saja. Dan, itu buku kedua Tere Liye yang kubaca setelah "Sepucuk Angpau Merah" beberapa tahun sebelumnya, sebuah novel pertama yang ku beli dari Gramedia Royal Plaza.

Rasanya itu bukan kedua kalinya aku berusaha membangun cinta kepada baca. Sebelumnya juga pernah, ketika aku jadi anak SMK, meminjam novel remaja milik teman sekelas, walaupun ujungnya Zonk.

Novel karya Pramoedya Ananta Toer juga pernah mendarat di tanganku, milik seorang teman. Sayangnya, aku hanya membaca beberapa lembar saja, namun aku berhasil membaca dua buku lainnya yang sampai tuntas tentunya, "Yakuza Moon" karya Shoko Tendo dan "Jokowi" yang kulupa siapa penulisnya, tetapi yang jelas, sampul bukunya berwarna oranye. Ada juga buku "Rentang Kisah" karya Gita Savitri yang kubeli di di PlayBook setelah ku tuntaskan membaca "Negeri Para Bedabah".

Rangkain cerita yang ku terima dari mereka yang sangat jatuh cinta dengan menulis dan pastinya baca, benar - benar membuatku iri, membuatku tersudut seperti barisan semut. Bahkan, kini sangat banyak, tidak banyak sih, cukup banyak buku mager di rak buku sudut jendela sedang menunggu giliran untuk ku baca. Aku lupa kapan mereka ada, yang jelas, mereka sangat sabar menungguku untuk menjamahnya.

Karena semua sudah terlanjur ke titik ini, kekacauan yang kubuat yaitu tidak terlalu suka membaca, maka aku harus membereskannya, dengan kata lain, aku harus jatuh cinta dengan baca, maka pasti otomatis, sumber bahasa alias kosa kata akan nambah akhirnya, dan bisa menjadi sumber kata ketika menyusun cerita.

Semoga, bisa bertemu dengan mereka lagi. Orang - orang yang jatuh cinta dengan dunia literasi dan memperjuangkannya. Dan di pertemuan itu, aku ikut serta memperjuangkannya, terutama untuk diri sendiri, bukan hanya orang lain.

Jadi, salah satu PR besarku kini adalah... Aku harus jatuh cinta dengan baca!

 

Bumi, 23 Oktober 2018

Dalam ruangan bersudut biru, berlampu bukan merah jambu, berbumbu air rasa garam ditemani rasa keinginan untuk jatuh cinta lagi. Masih pukul 23:30 WIB, dan aku harus memulainya dari diri sendiri. Oh Surabaya, Kau menjadi saksi bahwa literasi dalam diriku harus diperbaiki. Terima kasih kalian yang tersebutkan hingga tak tersebutkan telah mau menjadi cambuk untukku. Semoga kita bertemu kembali.

 

You Might Also Like

0 comments