Menggemaskan

Januari 04, 2017



Kau salah. Kita berdua sedang tidak bertengkar. Jangan kau katakan itu lagi, hanya karena kau tak pernah lihat kami tertawa bersama. Jangan kau katakan itu lagi. Kau paham? 

Hmm..tapi dia...

Stt...dia sedang sibuk dengan project nya. Dia sedang mengurus semuanya dan membuatnya baik baik saja. Jadi tak usah khawatirkan kami. Lagi pula. Kita juga tak pernah bertemu, mungkin hanya berbicara by phone atau chat untuk menyapa. Jadi kau jangan khawatir. 

Aku khawatir, kau masih menyukainya. 

Terimakasih sudah khawatir. Tapi aku masih menyukainya. Menyukainya sebagai kakak laki laki. Tidak lebih. Menyukainya sebagai sahabat. Menyukainya untuk di ajak bicara secara terbuka. 

Iya. Aku tahu. Tapi. Bukankah dengan begitu kau akan semakin menyukainya. Tak bisakah kau menyukai pria lain? 

Aku bisa. Aku sudah menyukai pria lain. Tapi hanya sebatas teman. Tak lebih. 

Maksudku. Menyukainya sebagai pasangan. 

Pasangan? Menikah belum, bagaimana aku harus menyukai pria itu seperti pasanganku? Bagaimana?

Mungkin, kau menyukainya dan sebaliknya dan kalian menikah. 

Entahlah. Aku sedang meraba, siapa yanh sebenarnya hanya bicara ingin menikah, siapa yang hanya membual atau siapa yang tak terlalu banyak omong tiba tiba mendatangi waliku. Tapi entahlah. 

Tapi, rasanya kau masih saja belum bisa move on darinya. Bukankah begitu. 

Kau benar. Aku belum bisa melepaskan kata nyaman ini kepada siapapun. Entah. Kadang aku berfikir menginginkan dia tapi bukan dia. 

Memangnya ada? 

Ada. Itu berarti orang lain. Tak mungkin pria yang sama. Tapi setidaknya...

Setidaknya apa? 

Rasanya tak usah ku katakan padamu. Ini tentang rasa. 

Rasa cinta. 

Rasa kopi pake coklat. 

Memangnya ada? 

Ada. Aku pernah membuatnya dengannya. Secangkir kopi dengan cokelat buatan ibunya. 

Kau. Selalu saja membual sesukamu.

Sudahlah. Lebih baik aku membual denganmu dari pada ku harus memikirkan hatiku yang rumit ini. 

Menggemaskan. Sangat menggemaskan. Rasanya aku ingin membunuhnya karena dia telah mencampakkanmu. Sedangkan kau masih saja kasi dia maaf. Bahkan kau menjadikan dia seorang teman. Jika aku jadi kau, aku akan marah dan tak akan menemuinya bahkan memaafkannya.

Menggemaskan. Memang menggemaskan. Begitukah?

You Might Also Like

0 comments